Hutan Satwa
SHARE :

“Mengenal Babi Hutan: Mamalia Tangguh dari Rimba Nusantara yang Tak Sekedar Hama”

31
10/2025
Kategori : Informasi dan Berita
Komentar : 0 komentar
Author : admin@hutansatwa.org


Halo Sobat Satwa!✨

📍Kali ini, tim berhasil mendapatkan hasil tangkapan Camera Trap berupa mamalia bertubuh gempal berwarna cokelat tua. Hewan tersebut adalah babi hutan, anggota famili Suidae. Babi hutan dikenal dengan tubuhnya yang kekar, moncong panjang, dan taring tajam. Hewan ini memiliki daya adaptasi yang tinggi dan mampu hidup di berbagai jenis habitat. 📸

Babi hutan sendiri memiliki panjang antara 90-200 cm dengan tinggi bahu 55-110 cm dan berat mencapai 50-200 kg. Bulunya yang kasar dan sedikit berdiri di bagian kepala hingga leher. Untuk babi jantan, taringnya tampak lebih menonjol keluar dibandingkan betina, hal ini digunakan untuk bertarung maupun menggali tanah saat mencari makan. Makanannya beragam, seperti akar, buah, umbi-umbian, serangga, reptil kecil, hingga bangkai. Masa kebuntingan betina berlangsung sekitar 115 hari, dengan jumlah anak 4-6 per kelahiran. 🐗

Habitat alaminya meliputi hutan tropis dan subtropis, padang rumput, daerah pertanian dekat hutan, serta pegunungan rendah. Babi hutan bersifat nokturnal – aktif dimalam hari dan bersembunyi di semak atau lumpur pada siang hari. Persebarannya sangat luas, meliputi Asia (termasuk Indonesia, di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua), Eropa, Afrika Utara, hingga beberapa bagian Amerika. 🌳🌍

Secara ekologis, babi hutan berperan penting dalam menjaga keseimbangan alam. Aktivitas menggali tanahnya membantu menggemburkan tanah, meningkatkan aerasi, dan mendukung pertumbuhan tanaman. Selain itu, hewan ini juga membantu menyebarkan biji dari buah yang dimakan serta mengendalikan populasi serangga dan reptil kecil. Namun, aktivitas yang sama dapat menimbulkan kerugian bagi manusia, seperti merusak tanaman pertanian dan menimbulkan konflik di sekitar pemukiman. 💚

Menariknya, pada tahun 2019 hingga 2020 populasi babi hutan sempat mengalami penurunan signifikan akibat wabah African Swine Fever (ASF) yang menyerang banyak populasi babi liar dan ternak di berbagai wilayah Asia, termasuk Indonesia. Menurut Roza et,.al (2022), ASF sendiri adalah penyakit menular yang menyerang babi, baik yang dipelihara maupun yang hidup liar di hutan. Penyakit ini disebabkan oleh virus African Swine Fever Virus (ASFV). Penularannya berlangsung sangat cepat, terutama dari kelompok babi yang sudah terinfeksi ke kelompok yang masih sehat, baik di dalam satu peternakan maupun antar peternakan. Namun, setelah masa tersebut, populasi babi hutan mulai pulih secara bertahap berkat daya adaptasi dan kemampuan reproduksinya yang tinggi. 

Meskipun kerap dianggap hama, babi hutan memiliki peran penting bagi ekosistem. Oleh karena itu, penting untuk tidak memburunya secara berlebihan, menjaga habitatnya, dan mengelola konflik secara berkelanjutan. Meskipun populasinya masih tergolong stabil, tetapi ancaman seperti perburuan dan kerusakan habitat dapat mempercepat penurunan jumlahnya. Selain itu, babi hutan juga merupakan salah satu mangsa alami Harimau Sumatera. Dengan menjaga kelestarian babi hutan, kita turut mendukung ketersediaan sumber pakan bagi harimau di alam liar, sehingga dapat membantu mengurangi potensi konflik antara manusia dan harimau di sekitar kawasan hutan. 🏞️

Dengan melindungi babi hutan, kita ikut menjaga keanekaragaman hayati dan Kesehatan ekosistem hutan. Mari bersama-sama melindungi alam demi keberlanjutan kehidupan dan generasi unggul di masa depan. 🌿☀️

Berita Lainnya



0 0 votes
Article Rating
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x
%d blogger menyukai ini: